KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim…
Puji
syukur Alhamdulillah, selalu kami haturkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam yang dengannya kita mendapat rahmat, nikmat, serta hidayah dan inayah-Nya,
sehingga dapat melaksanakan fungsi kita di muka bumi ini sebagai kholifah Allah
dengan husnul khatimah. Sholawat beserta beriring salam senantiasa tetap tercurahkan kapada Nabi Muhammad SAW.
Makhluk Allah yang datang untuk membimbing kita menuju ke jalan yang
diridhainya dan patut menjadi tauladan
ummat Islam hingga akhir zaman.
Rasa
syukur yang tak terhingga, atas petunjuk
dan pertolongan Allah SWT. Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini,
walaupun didalam-Nya masih terdapat banyak kekurangan dan kekhilafan, yang mana
hal itu memang benar-benar bersumber dari kelemahan penulis. ini dapat menambah
wawasan baru dalam bidang keilmuan kami serta pembaca pada umumnya. Kritik dan
saran selalu kami harapkan sebagai bumbu agar bisa lebih maju dan juga demi
memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, karena kami sadar bahwa
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Selanjutnya
ucapan terima kasih tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu kami yang tidak mungkin kami tulis satu persatu, kami ucapkan terima
kasih banyak semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas apa yang
kalian perbuat.
Akhirnya,
semoga amal baik yang telah kita lakukan mendapat pahala di sisinya, segala
urusan dan perkara kita kembalikan kepada Allah, semoga makalah ini bermanfaat
dan memberikan tambahan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan, Amin…….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Inti dari pembahasan materi Sahabat
dan Thabaqah, karena materi ini termasuk dalam materi mata kuliah ulumul
hadits, dengan mempelajari materi ini penulis menjadi tau bahwa sanya dalam
membuktikan kebenaran penulis hadits itu membutuhkan berbagai ilmu yang
menunjang salah satunya ilmu thobaqah yang memiliki manfaat menghindarkan kesamaan antar dua
nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama dalam periwayatan hadits itu
membuat kejelasan dalam periwayatan hadits dan itu menjadikan dampak yang jelas
dalam hadits yang diriwayatkan sendiri.
Semoga makalah yang penulis buat bisa bermanfaat dan
menambah wawasan pembaca .
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Sahabat dan thabaqah?
2. Apa yang
dimaksud ilmu thabaqah?
3. Apa saja
pembagian thabaqah?
4. Bagaimana
faedah mengetahui thabaqah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian
thabaqah.
2. Untuk mengetahui ilmu thabaqah.
3. Untuk mengetahui pembagian thabaqah.
4. Untuk mengetahui faedah mengetahui
thabaqah.
BAB I I
PEMBAHASAN
Dari
segi bahasa sahabat di ambil dari kata الصاØب dengan makna الصØبة
persahabatan, الصØابى dan الصاØب yang punya atau
yang menyertai Jamaknya اصØاب Ùˆ صØب
Menurut istilah Muhadditsin sahabat
adalah Orang yang bertemu dengan Rasulullah saw dalam keadaan ber agama islam
dan mati dalam islam sekalipun dipisah murtad di tengah-tengah menurut pendapat
yang benar.
Sedangkan
menurut Ushuliyyun yaitu setiap orang lama persahabtannya dengan Nabi saw dan
mengikutinya.
Sebagian
ahli ushul menetapkan bahwa yang dikatakan sahabat ialah orang yang bertemu dan
hidup bersama Rasulullah saw minimal setahun lamanya. Pendapat ini berdasarkan
ta’rif sahabat yang dikemukakan oleh sai’id ibnu’l-Musayyab, ialah orang yang
bertemu dan berperang bersama nabi atau ditetapkan lama pergaulannya
dengan nabi setahun atau dua tahun.
Menurut
jumhuru’l-Muhadisin, yang dikatakan sahabat adalah Orang yang bertemu
Rasulullah saw. Dengan pertemuan yang wajar sewaktu Rasulullah saw masih hidup
dalam keadaan islam dan iman.
Dengan
ketentuan ini maka, orang-orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah saw
tetapi ia tidak percaya kerasulannya, orang-orang islam lagi iman, yang hidup
segenerasi dengan Rasulullah saw , namun sekalipun blm pernah beretemu
dengan beliau, seperti an-Najasyi, dan orang-orang yang bermaksud menemui
Rasulullah saw dengan iman tetapi bertemu telah wafat, mereka semuanya
tidak bisa dikatakan sahabat.
Dalam
bahasa Thabaqat diartikan طبقات =
kaum yang serupa atau sebaya
Suatu ilmu
pengetahuan yang dalam pokok pembahsannya diarahkan kepada kelompok orang-orang
yang berserikat dalam satu pengikat yang sama.
Misalnya ditinajau
dari alat pengikatnya, yaitu perjumpaanya dengan nabi (shuhbab), para sahabat itu termasuk dalam thabaqat pertama, para
thabaqat tabi’i termasuk thabaqat kedua, para tabi’it-tabi’in termasuk dalam thabaqat ketiga,
dan seterusnya. Dasar penggolongan yang demikian ini adalah sabda Rasulullah
saw:
خيرالقرون
قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين ينونهم. رواهالبخارى ومسلم
Sebaik-baik generasi ialah generasiku, kemudian
generasi orang-orang berikutnya dan lalu generasi orang-orang yang mengikutinya
lagi.
Yang dimaksud dengan istilah
thabaqat disini adalah sekelompok rawi yang sebaya umurnya dan bersama-sama
mendapat ilmu dari guru-guru mereka.
Secara harfiah thabaqah yaitu kaum yang serupa atau sebaya Sedangkan menurut Istilah Thabaqah
yaitu kaum yang berdekatan atau yang sebaya dalam usia dan dalam isnad atau
dalam isnad saja
Dalam pengertian lain thabaqah secara bahasa berarti
hal-hal, martabat-martabat, atau derajat-derajat. Seperti halnya tarikh,
thabaqah juga adalah bagian dari disiplin ilmu hadits yang berkenaan dengan
keadaan perawi hadits. Namun keadaan yang dimaksud dalam ilmu thabaqah adalah
keadaan yang berupa persamaan para perawi dalam beberapa hal, antara lain :
a. Bersamaan
hidup dalam satu masa;
b.
Bersamaan tentang umur;
c. Bersamaan
tentang menerima hadits dari syaikh-syaikhnya;
d.
Bersamaan tentang bertemu dengan syaikh-syaikhnya;
Thabaqah adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam
satu generasi atau masa dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama
dalam periwayatannya saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah satu perguruan
atau satu guru atau diartikan berdekatan dalam berguru. Jadi para gurunya
sebagian periwayat juga para gurunya sebagai perawi lain. Misalnya Thabaqah
sahabat, Thabaqah tabi’in, Thabaqah tabi’it tabi’in dan seterusnya. Kemudian
thabaqah masing-masing ini dibagi lagi menjadi beberapa thabaqah yang nanti
akan dijelaskan pada pembahasannya.
Dalam definisi yang lain terkait dengan thabaqah yaitu suatu
ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahasannya diarahkan kepada kelompok
orang-orang yang berserikat dalam satu pengikat yang sama.
Misalnya ditinjau dari alat pengikatnya, yaitu perjumpaanya
dengan nabi(shuhbab), para sahabat itu termasuk dalam thabaqah pertama, para
thabaqah tabi’in termasuk thabaqah kedua, para tabi’it-tabi’in termasuk dalam
thabaqah ketiga, dan seterusnya.
Ilmu thabaqah itu termasuk bagian dari ilmu rijalul hadits,
karena objek yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad
suatu hadits. Hanya saja masalahnya berbeda. Kalau di dalam ilmu rijalul hadits
para rawi dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara
menerima dan memberikan hadits dan lain sebagainya. Maka dalam ilmuj thabaqah,
menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai
dengan alat pengikatnya.
Asal mula pembagian perawi
berdasarkan thabaqah adalah dari tuntutan Islam sendiri, dimana dalam hadits
yang diriwayatkan dari Imran bin Husain r.a, bahwasannya Rasulullah saw.
Bersabda : “Sebaik-baik umatku yang
ada di zamanku, kemudian yang datang sesudah mereka, kemudian yang datang
sesudah mereka..” Kata Imran r.a : “Saya tidak tahu apakah Beliau menyebut sesudah masanya dua
masa atau tiga” (HR. Bukhari).
Ilmu ini telah muncul dan berkembang di tangan para ulama
hadits sejak abad ke-2 H. Dan tidak terbatas pada pembagian ruwat atas thabaqah
berdasarkan perjumpaan mereka dengan Nabi maupun dengan guru-guru mereka, tapi
juga berdasarkan makna dan i’tibar yang lainnya seperti fadhl (keistimewaan) dan sabiqah
(kesenioran) sebagaimana dalam hal sahabat. Atau manzilah (kedudukan) dan hal
(keadaan).
Penyusunan kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu ini terus
berlanjut dan berkembang hingga akhir abad ke-9 H.
1.
Thabaqah Pertama : Sahabat
Para
sahabat umpamanya, kalau mengingat persahabatan mereka dengan Rasulullah atau
pergaulan mereka dengan Rasulullah, maka dapatlah mereka dikatakan satu
thabaqah. Tetapi, jika dipandang dari sudut lain, seperti sama-sama berhijrah
dari Mekkah ke Madinah, dan lain-lainnya, maka semua mereka terdiri dari 5
thabaqah atau 12 thabaqah.
a. Thabaqah Lima
1) Pertama,
Badry, sahabat yang turut dalam perang
badar.
2) Kedua, sahabat yang lebih dahulu masuk
islam, yang kebanyakan berhijrah ke Habsyah (Ethiopia) dan menyaksikan perang
Uhud sesudahnya.
3) Ketiga, sahabat yang dapat menyaksikan
perang Khandaq.
4) Keempat, sahabat yang memeluk agama Islam
pada masa pengalahan Mekkah dan sesudahnya.
5) Kelima, anak-anak dan budak-budak.
b. Thabaqah Dua Belas
1) Thabaqah I: Sahabat-sahabat yang
masuk Islam paling awal di Mekah, seperti: Khalifah yang empat dan Bilal bin
Rabah.
2) Thabaqah II: Sahabat-sahabat yang
masuk Islam sebelum orang-orang Quraisy bermusyawarah di Darun-Nadwah untuk
mencelakakan Nabi saw.
3) Thabaqah III: Sahabat-sahabat yang
berhijrah ke Habasyah, seperti: Hatib bin Umar, Suhail bin Baidha, Abu
Hudzaifah bin Utbah.
4) Thabaqah IV: Sahabat-sahabat yang
ikut berbai’at di Aqabah yang pertama, seperti: Rafi bin Malik, Ubadah bin
Shamit, Sa’ad bin Zurarah.
5) Thabaqah V: Sahabat-sahabat yang
berbai’at di Aqabah yang kedua, seperti: Bara bin Ma’mar, Jabir bin Abdullah,
Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Khaitsamah
6) Thabaqah VI: Sahabat-sahabat
Muhajirin yang pertama sampai di Quba’, sebelum masuk Madinah, seperti : Ibnu
Salamah, Ibnu Abd al-Asad, dan Amr bin al-Rabi’ah.
7) Thabaqah VII: Sahabat-sahabat yang
terlibat dalam perang Badar yakni berjumlah 110 orang, seperti: Hatib bin
Balta’ah, Sa’ad bin Mu’adz, Al-Miqad nin al-Aswad dll.
8) Thabaqah VIII: Sahabat-sahabat yang
hijrah ke Madinah setelah perang Badar, dan sebelum Hudaibiyah, seperti :
Al-Mughirah bin Syubah.
9) Thabqah IX: Sahabat-sahabat yang
berbai’at di Baitur-Ridwan di Hudaibiah, seperti: Salamah bin Akwa’ dan Abu
Sinan al-Asadi dan Abdullah bin Umar.
10) Thabaqah X: Sahabat-sahabat yang
berhijrah ke Madinah sesudah perjanjian Hudaibiah dan sebelum penaklukan
Mekkah, seperti: Khalid bin Walid dan Amr bin Ash.
11) Thabaqah XI: Sahabat-sahabat yang
masuk Islam di masa penaklukan Mekah, seperti: Abu Sufyan, Hakim bin Hizam, dan
Athab bin ‘Asd.
12) Thabaqah XII: Anak-anak yang melihat
Nabi SAW pada hari penaklukan Mekah, pada hari Haji Wada’, seperti : Sa’ad bin
Yazid dan Abdullah bin Tsa’labah.
2.
Thabaqah yang Kedua : Thabaqah Kibar Tabi'in
Seperti
Sa'id bin al-Musayyib, dan begitu pula para Mukhodhrom Yaitu: Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, Masruq bin al-Ajda’, Abul
‘Aliyah, Syuraih bin al-Harits al-Qodhi, al-Ahnaf bin Qois, Muhammad bin
al-Hanafiyyah (yakni Muhammad bin ‘Ali bin Abi Tholib), Abu Idris al-Khoulani,
‘Atho’ bin Yasar (bekas budak Maimunah), Shilah bin Zufar, dll.
3.
Thabaqah yang Ketiga : Thabaqah Pertengahan dari
Tabi'in
Seperti :
‘Atho’ bin Abi Robah, Muhammad bin Sirin, Sa’id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri,
Sulaiman bin Yasar, Thowus bin Kaisan, ‘Amir asy-Sya’bi, ‘Urwah bin Zubair,
‘Ikrimah, ‘Ali bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib (dikenal juga dengan
Zainul Abidin), Mujahid, Nafi’ (bekas budak Ibnu ‘Umar), Abu Qilabah al-Jarmi,
Wahb bin Munabbih, Salim bin Abdillah bin ‘Umar bin al-Khoththob, Hafshoh bintu
Sirin, dll.
4.
Thabaqah yang Keempat : Tabi'in Kecil
Kebanyakan
riwayat mereka adalah dari kibar tabi'in (thabaqah ke-2). Rawi yang dalam
thabaqah ini contohnya adalah Maimun bin Mihron, Sulaiman bin Thorkhon
At-Taimi, Qotadah bin Di’amah, Ibnu Syihab Az-Zuhri, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz
(Sang Amirul Mu’minin), Amr bin Dinar, dll.
5.
Thabaqah yang Kelima : Thabaqah yang Paling Kecil
dari Tabi'in
Mereka
adalah yang lebih kecil dari yang thabaqah-thabaqah tabi'in yang sebelumnya.
Mereka termasuk tabi'in yang melihat seorang atau beberapa orang Shahabat.
Contoh thobaqot ini adalah Musa bin ‘Uqbah, Ibrohim An-Nakho’i, Ayyub
As-Sikhtiyani, Hisyam bin Urwah, Yahya bin Sa’id Al-Anshori, Yahya bin Abi
Katsir At-Tho’i, Sulaiman bin Mihron al-A’masy, Mak-hul asy-Syami, Yunus bin
‘Ubaid, dll.
6.
Thabaqah yang Keenam : Thabaqah yang Sezaman dengan
Thabaqah ke-5
Akan
tetapi tidak tetap khabar bahwa mereka pernah bertemu seorang Sahabat seperti
An-Nu’man bin Tsabit Abu Hanifah (al-Imam), Ja’far ash-Shodiq, Abdul Malik bin
Juraij, Ibnu ‘Aun, dll
7.
Thabaqah yang Ketujuh : Thabaqah Kibar Tabi'ut
Tabi'in
Seperti
Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas (Imam Darul Hijroh, penulis al-Muwaththo’),
al-Laits bin Sa’ad, Abdurrohman bin ‘Amr al-Auza’i, Syu’bah bin al-Hajjaj,
Ma’mar bin Rosyid, dll.
8.
Thabaqah yang Kedelapan : Thabaqah Tabi'ut Tabi'in
Pertengahan
Seperti
Ibnu ‘Ulaiyyah, Abdullah bin al-Mubarok, Sufyan bin ‘Uyainah, Fudhail bin
‘Iyadh, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, dll.
9.
Thabaqah yang Kesembilan : Thabaqah yang Paling
Kecil dari Tabi'ut Tabi'in
Seperti
Yazid bin Harun, asy-Syafi'i, Abu Dawud ath-Thoyalisi, dan Abdurrozzaq,
Abdurrahman bin Mahdi, Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (al-Imam), Waki’ bin
al-Jarroh, Abdurrozzaq ash-Shon’ani (Penulis Mushonnaf Abdirrozzaq), Sulaiman
bin Harb, Yahya bin Sa’id al-Qoththon, Abu Dawud ath-Thoyalisi (Penulis Musnad
ath-Thoyalisi), Yazid bin Harun, dll.
10.
Thabaqah yang Kesepuluh : Thabaqah Tertinggi yang
Mengambil Hadits dari Tabi'ut Taabi'in yang Mereka Tidak Bertemu dengan Tabi'in
Seperti
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Imam Ahlis Sunnah wal Jama’ah), Yahya bin Ma’in,
Ishaq bin Rohawaih, Ibnu Abi Syaibah, Musaddad bin Musarhad, Sa’id bin Manshur,
Ali bin al-Madini, dll.
11.
Thabaqah yang Kesebelas : Thabaqah Pertengahan dari
Rawi yang Mengambil Hadits dari Tabi'ut Tabi'in
Seperti
adz-Dzuhli dan al-Bukhori, Muhammad bin Isma’il al-Bukhori (Penulis Shohih
al-Bukhori), Abu Hatim ar-Rozi, Abu Zur’ah ar-Rozi, Abu Dawud as-Sijistani
(penulis Sunan Abi Dawud), Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi (Penulis Sunan
ad-Darimi), Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ (Ibnu Sa’ad, Penulis ath-Thobaqot
al-Kubro), dll.
12.
Thabaqah yang Keduabelas : Thabaqah yang Rendah dari
Rawi yang Mengambil Hadits dari Tabi'ut Tabi'in
Seperti
at-Tirmidzi dan para imam yang enam lainnya yang tertinggal sedikit dari
wafatnya para tabi'ut tabi'in, seperti sebagian para syaikh-nya an-Nasa'i.
Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi (Penulis Jami’ at-Tirmidzi), Ibnu Abid Dunya
al-Baghdadi, Abdullah bin Ahmad (anak al-Imam Ahmad bin Hanbal).
Jika dari thabaqah ke-1 dan ke-2 : mereka wafat sebelum
tahun 100 H. Jika dari thabaqah ke-3 sampai ke-8 : mereka wafat setelah tahun
100 H. Jika dari thabaqah ke-9 sampai akhir thabaqah : maka mereka wafat
setelah tahun 200 H.
Adapun ulama yang membagi thabaqat
shabat kepada lima thabaqat:
- Ahli Badar
- Mereka yang masuk islam lebih dahulu, berhijrah ke Habsyi dan menyaksikan pertemuan-pertemuan sesudahnya.
- Mereka yang ikut perang Khandaq
- Wanita-wanita yang masuk islam, setelah Mekkah terkalahkan dan sesudahnya.
- Anak-anak Sahabat yang Banyak Meriwayatkan Hadis
Sahabat-sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis, (lebih dari 1000 buah)ialah:
- Abu Hurairah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanayk 5374. Diantara 325 buah hadits disepakati oleh al-Bukhary-Muslim, 93 buah diriwayatkan oleh al-Bukhary sendiri dan 93 buah diriwayatkan oleh muslim sendiri.
- Abdullah bin ‘Umar r.a hadis yang diriwayatkan beliau sebnayak 2630 buah, diantar jumlah tersebut yang muttafaq ‘alaih, sebanayak 170 buah, yang infrada bihi al-Bukhari sebanyak 80 buah dan infrada bihi Muslim sebanyak 31 buah.
- Anas bin Malik r.a hadits yang diriwayatkan sebnayak 2286 buah. diantar jumlah tersebut yang muttafaq ‘alaih sebanyak 168 buah, 8 infrada bihi al-Bukhari dan 70 buah infrada bihi muslim
- Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2210 buah dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih 174 , 64 buah infarada buah al-Bukhari sebnayak 28 buah dan infarada bihi Muslim.
- Abdullah ibn Abas r.a beliau meriwayatkan hadits sebnyak 1660 buah, dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 95 buah, yang infarada bihi al-Bukhari sebanyak 28 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 49 buah.
- Jabir bin Abdullah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 1540 buah dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 60 buah yang infarada bihi al-Bukhari sebanyak 16 buah dan yang infarada muslim sebanyak 126 buah.
- Abu Sa’id al-Khudry r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 1170 dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 46 buah yang infarada bihi al bukhari sebanyak 16 buah dan infarada bihi Muslim sebanyak 52 buah.
Mengenai thabaqat sahabat, selain
dari dua belas pembagian yang telah tersebut sebelumnya, thabaqat ini juga bisa
dibagi kedalam tiga bagian apabila memandang dari segi sering berkumpulnya
mereka dengan Nabi saw. dan banyaknya mereka meriwayatkan hadits dari beliau
saw., yaitu:
1.
Kibarush Shahabat artinya
sahabat-sahabat yang besar, yaitu sahabat-sahabat yang banyak berkumpul dengan
Nabi saw. dan banyak meriwayatkan hadits dari beliau saw., seperti: Hanzalah
bin Abi Amir al-Anshari, Abu Aiyub, Ubai bin Ka’ab, dan lainnya.
2.
Ausatush Shahabat, artinya
sahabat-sahabat yang pertengahan, yaitu mereka yang tidak begitu sering
berkumpul dengan Nabi saw. dan tidak banyak meriwayatkan hadits dari beliau
saw.
3.
Shigarush Shahabat artinya
sahabat-sahabat yang kecil, yaitu mereka yang sedikit sekali berkumpul dengan
Nabi saw. dan sedikit meriwayatkan hadits dari beliau saw., seperti: Abdullah
bin Hanzalah, Anas bin Malik, As-Saib bin Yazid, Shafiyah binti Syaibah, dan
lainnya .
Diantara
faedah mengetahui thabaqah ini adalah menghindarkan kesamaan antar dua nama
atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Diantara kitab-kitab thabaqah
yang terkenal adalah Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa’ad, Thabaqoh Al-Qurra
karya Abu Amr Ad-Dani, Thabaqoh As-Syafi’iyyah Al-Kubra karya Abdul Wahab
As-Subhi, dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Thabaqah
secara bahasa berarti hal-hal, martabat-martabat, atau derajat-derajat.
Ilmu
thabaqah itu termasuk bagian dari ilmu rijalul hadits, karena objek yang
dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu hadits. Hanya
saja masalahnya berbeda. Kalau di dalam ilmu rijalul hadits para rawi dibicarakan
secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima dan memberikan
hadits dan lain sebagainya. Maka dalam ilmu thabaqah, menggolongkan para rawi
tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai dengan alat pengikatnya.
Pembagian
thabaqah diantaranya adalah sahabat, thabaqah kibar tabi'in, thabaqah
pertengahan dari tabi'in, tabi'in kecil, thabaqah yang paling kecil dari
tabi'in, thabaqah yang sezaman dengan thabaqah ke-5, thabaqah kibar tabi'ut
tabi'in, thabaqah tabi'ut tabi'in pertengahan, thabaqah yang paling kecil dari
tabi'ut tabi'in, thabaqah tertinggi yang mengambil hadits dari tabi'ut tabi'in
yang mereka tidak bertemu dengan tabi'in, thabaqah pertengahan dari rawi yang
mengambil hadits dari tabi'ut tabi'in, thabaqat yang rendah dari rawi yang
mengambil hadits dari tabi'ut tabi'in.
Diantara
faedah mengetahui thabaqah ini adalah menghindarkan kesamaan antar dua nama
atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Diantara kitab-kitab thabaqah
yang terkenal adalah Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa’ad, Thabaqoh Al-Qurra
karya Abu Amr Ad-Dani, Thabaqoh As-Syafi’iyyah Al-Kubra karya Abdul Wahab
As-Subhi, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,
Muhammadiyah. 2008. Ilmu Hadits. Gorontalo
: Sultan Amai Press
Ash-Shiddieqy,
TM Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar
Ilmu Hadits. Semarang : Pustaka Rizki Putra
Khon,
Abdul Majid. 2010. Ulumul Hadits. Jakarta
: Amzah
Manna,
Al Qaththan. 2006. Pengantar Studi
Hadits. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar
Sholahudin,
Muhammad Agus. 2008. Ulumul Hadits. Bandung
: Pustaka Setia
Abd. Majid Khon, Ulumul Hadits, Amzah, Jakarta, 2010,
h. 109
Al Qaththan, Manna, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Pustaka
al-Kautsar, Jakarta, 2006, h. 122
Abd. Majid Khon, op.cit., h.109
M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Pustaka Setia,
Bandung, 2008, h. 177
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadits, Sultan Amai Press,
Gorontalo, 2008, h. 228
Teungku Muhammad Hasbi
ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar
Ilmu Hadits, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2009, h. 211-212
Teungku Muhammad Hasbi
ash-Shiddieqy, op. cit., h.217-219
Abd. Majid Khon, op. cit., h. 110 Mahmud ath-Thahan, Taysir
Mushthalah al-hadits, hlm. 164
M. Hasbi
Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang.1974
Abdul majid khon, ulumul
hadis, hlm. 111
Fatchur rahman, mushthalahu’l
hadits, hlm. 245-246
Abdul majid khon, ulumul
hadis, hlm. 109
Mahmud ath-Thahan,
Taysir Mushthalah al-hadits, hlm.
Fatchur rahman, mushthalahu’l
hadits,h.301
https://wisatatamyiz.wordpress.com/2011/12/08/sahabat-dan-thabaqat-sahabat/
No comments:
Post a Comment