Wednesday, February 6, 2019

SAHABAT DAN THABAQAH


KATA PENGANTAR


Bismillaahirrahmaanirrahim…
Puji syukur Alhamdulillah, selalu kami haturkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengannya kita mendapat rahmat, nikmat, serta hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat melaksanakan fungsi kita di muka bumi ini sebagai kholifah Allah dengan husnul khatimah. Sholawat beserta beriring salam senantiasa  tetap tercurahkan kapada Nabi Muhammad SAW. Makhluk Allah yang datang untuk membimbing kita menuju ke jalan yang diridhainya  dan patut menjadi tauladan ummat Islam hingga akhir zaman.
Rasa syukur yang tak terhingga, atas  petunjuk dan pertolongan Allah SWT. Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, walaupun didalam-Nya masih terdapat banyak kekurangan dan kekhilafan, yang mana hal itu memang benar-benar bersumber dari kelemahan penulis. ini dapat menambah wawasan baru dalam bidang keilmuan kami serta pembaca pada umumnya. Kritik dan saran selalu kami harapkan sebagai bumbu agar bisa lebih maju dan juga demi memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, karena kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Selanjutnya ucapan terima kasih tak lupa kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu kami yang tidak mungkin kami tulis satu persatu, kami ucapkan terima kasih banyak semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas apa yang kalian perbuat.
Akhirnya, semoga amal baik yang telah kita lakukan mendapat pahala di sisinya, segala urusan dan perkara kita kembalikan kepada Allah, semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan tambahan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan, Amin…….







BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Inti dari pembahasan materi Sahabat dan Thabaqah, karena materi ini termasuk dalam materi mata kuliah ulumul hadits, dengan mempelajari materi ini penulis menjadi tau bahwa sanya dalam membuktikan kebenaran penulis hadits itu membutuhkan berbagai ilmu yang menunjang salah satunya ilmu thobaqah yang memiliki manfaat menghindarkan kesamaan antar dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama dalam periwayatan hadits itu membuat kejelasan dalam periwayatan hadits dan itu menjadikan dampak yang jelas dalam hadits yang diriwayatkan sendiri.
Semoga makalah yang penulis buat bisa bermanfaat dan menambah wawasan pembaca .

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Sahabat dan thabaqah?
2.      Apa yang dimaksud ilmu thabaqah?
3.      Apa saja pembagian thabaqah?
4.      Bagaimana faedah mengetahui thabaqah?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian thabaqah.
2.      Untuk mengetahui ilmu thabaqah.
3.      Untuk mengetahui pembagian thabaqah.
4.      Untuk mengetahui faedah mengetahui thabaqah.


BAB I I

PEMBAHASAN



Dari segi bahasa sahabat di ambil dari kata الصاحب dengan makna الصحبة persahabatan, الصحابى dan الصاحب yang punya atau yang menyertai Jamaknya اصحاب و صحب
Menurut istilah Muhadditsin sahabat adalah Orang yang bertemu dengan Rasulullah saw dalam keadaan ber agama islam dan mati dalam islam sekalipun dipisah murtad di tengah-tengah menurut pendapat yang benar.
Sedangkan menurut Ushuliyyun yaitu setiap orang lama persahabtannya dengan Nabi saw dan mengikutinya.
Sebagian ahli ushul menetapkan bahwa yang dikatakan sahabat ialah orang yang bertemu dan hidup bersama Rasulullah saw minimal setahun lamanya. Pendapat ini berdasarkan ta’rif sahabat yang dikemukakan oleh sai’id ibnu’l-Musayyab, ialah orang yang bertemu dan berperang bersama nabi atau ditetapkan  lama pergaulannya dengan nabi setahun atau dua tahun.
Menurut jumhuru’l-Muhadisin, yang dikatakan sahabat adalah Orang yang bertemu Rasulullah saw. Dengan pertemuan yang wajar sewaktu Rasulullah saw masih hidup dalam keadaan islam dan iman.
Dengan ketentuan ini maka, orang-orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah saw tetapi ia tidak percaya kerasulannya, orang-orang islam lagi iman, yang hidup segenerasi dengan  Rasulullah saw , namun sekalipun blm pernah beretemu dengan beliau, seperti an-Najasyi, dan orang-orang yang bermaksud menemui Rasulullah saw  dengan iman tetapi bertemu telah wafat, mereka semuanya tidak bisa dikatakan sahabat.

Dalam bahasa Thabaqat diartikan طبقات = kaum yang serupa atau sebaya
Suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahsannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu pengikat yang sama.
Misalnya ditinajau dari alat pengikatnya, yaitu perjumpaanya dengan nabi (shuhbab), para sahabat itu termasuk dalam thabaqat pertama, para thabaqat tabi’i termasuk thabaqat kedua, para tabi’it-tabi’in termasuk dalam thabaqat ketiga, dan seterusnya. Dasar penggolongan yang demikian ini adalah sabda Rasulullah saw:
خيرالقرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين ينونهم. رواهالبخارى ومسلم
Sebaik-baik generasi ialah generasiku, kemudian generasi orang-orang berikutnya dan lalu generasi orang-orang yang mengikutinya lagi.
Yang dimaksud dengan istilah thabaqat disini adalah sekelompok rawi yang sebaya umurnya dan bersama-sama mendapat ilmu dari guru-guru mereka.
Secara harfiah thabaqah yaitu kaum yang serupa atau sebaya Sedangkan menurut Istilah Thabaqah yaitu kaum yang berdekatan atau yang sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja
Dalam pengertian lain thabaqah secara bahasa berarti hal-hal, martabat-martabat, atau derajat-derajat. Seperti halnya tarikh, thabaqah juga adalah bagian dari disiplin ilmu hadits yang berkenaan dengan keadaan perawi hadits. Namun keadaan yang dimaksud dalam ilmu thabaqah adalah keadaan yang berupa persamaan para perawi dalam beberapa hal, antara lain :
a.      Bersamaan hidup dalam satu masa;
b.      Bersamaan tentang umur;
c.      Bersamaan tentang menerima hadits dari syaikh-syaikhnya;
d.      Bersamaan tentang bertemu dengan syaikh-syaikhnya;
Thabaqah adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam satu generasi atau masa dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatannya saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah satu perguruan atau satu guru atau diartikan berdekatan dalam berguru. Jadi para gurunya sebagian periwayat juga para gurunya sebagai perawi lain. Misalnya Thabaqah sahabat, Thabaqah tabi’in, Thabaqah tabi’it tabi’in dan seterusnya. Kemudian thabaqah masing-masing ini dibagi lagi menjadi beberapa thabaqah yang nanti akan dijelaskan pada pembahasannya.
Dalam definisi yang lain terkait dengan thabaqah yaitu suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahasannya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu pengikat yang sama.
Misalnya ditinjau dari alat pengikatnya, yaitu perjumpaanya dengan nabi(shuhbab), para sahabat itu termasuk dalam thabaqah pertama, para thabaqah tabi’in termasuk thabaqah kedua, para tabi’it-tabi’in termasuk dalam thabaqah ketiga, dan seterusnya.

Ilmu thabaqah itu termasuk bagian dari ilmu rijalul hadits, karena objek yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu hadits. Hanya saja masalahnya berbeda. Kalau di dalam ilmu rijalul hadits para rawi dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima dan memberikan hadits dan lain sebagainya. Maka dalam ilmuj thabaqah, menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai dengan alat pengikatnya.
      Asal mula pembagian perawi berdasarkan thabaqah adalah dari tuntutan Islam sendiri, dimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Imran bin Husain r.a, bahwasannya Rasulullah saw. Bersabda : “Sebaik-baik umatku yang ada di zamanku, kemudian yang datang sesudah mereka, kemudian yang datang sesudah mereka..” Kata Imran r.a : “Saya tidak tahu apakah Beliau menyebut sesudah  masanya dua masa atau tiga” (HR. Bukhari).
Ilmu ini telah muncul dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak abad ke-2 H. Dan tidak terbatas pada pembagian ruwat atas thabaqah berdasarkan perjumpaan mereka dengan Nabi maupun dengan guru-guru mereka, tapi juga berdasarkan makna dan i’tibar yang lainnya seperti fadhl (keistimewaan) dan sabiqah (kesenioran) sebagaimana dalam hal sahabat. Atau manzilah (kedudukan) dan hal (keadaan).
Penyusunan kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu ini terus berlanjut dan berkembang hingga akhir abad ke-9 H.

1.      Thabaqah Pertama : Sahabat
Para sahabat umpamanya, kalau mengingat persahabatan mereka dengan Rasulullah atau pergaulan mereka dengan Rasulullah, maka dapatlah mereka dikatakan satu thabaqah. Tetapi, jika dipandang dari sudut lain, seperti sama-sama berhijrah dari Mekkah ke Madinah, dan lain-lainnya, maka semua mereka terdiri dari 5 thabaqah atau 12 thabaqah.

a.       Thabaqah Lima
1)      Pertama, Badry, sahabat yang turut dalam perang badar.
2)      Kedua, sahabat yang lebih dahulu masuk islam, yang kebanyakan berhijrah ke Habsyah (Ethiopia) dan menyaksikan perang Uhud sesudahnya.
3)      Ketiga, sahabat yang dapat menyaksikan perang Khandaq.
4)      Keempat, sahabat yang memeluk agama Islam pada masa pengalahan Mekkah dan sesudahnya.
5)      Kelima, anak-anak dan budak-budak.

b.      Thabaqah Dua Belas
1)      Thabaqah I: Sahabat-sahabat yang masuk Islam paling awal di Mekah, seperti: Khalifah yang empat dan Bilal bin Rabah.
2)      Thabaqah II: Sahabat-sahabat yang masuk Islam sebelum orang-orang Quraisy bermusyawarah di Darun-Nadwah untuk mencelakakan Nabi saw.
3)      Thabaqah III: Sahabat-sahabat yang berhijrah ke Habasyah, seperti: Hatib bin Umar, Suhail bin Baidha, Abu Hudzaifah bin Utbah.
4)      Thabaqah IV: Sahabat-sahabat yang ikut berbai’at di Aqabah yang pertama, seperti: Rafi bin Malik, Ubadah bin Shamit, Sa’ad bin Zurarah.
5)      Thabaqah V: Sahabat-sahabat yang berbai’at di Aqabah yang kedua, seperti: Bara bin Ma’mar, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Khaitsamah
6)      Thabaqah VI: Sahabat-sahabat Muhajirin yang pertama sampai di Quba’, sebelum masuk Madinah, seperti : Ibnu Salamah, Ibnu Abd al-Asad, dan Amr bin al-Rabi’ah.
7)      Thabaqah VII: Sahabat-sahabat yang terlibat dalam perang Badar yakni berjumlah 110 orang, seperti: Hatib bin Balta’ah, Sa’ad bin Mu’adz, Al-Miqad nin al-Aswad dll.
8)      Thabaqah VIII: Sahabat-sahabat yang hijrah ke Madinah setelah perang Badar, dan sebelum Hudaibiyah, seperti : Al-Mughirah bin Syubah.
9)      Thabqah IX: Sahabat-sahabat yang berbai’at di Baitur-Ridwan di Hudaibiah, seperti: Salamah bin Akwa’ dan Abu Sinan al-Asadi dan Abdullah bin Umar.
10)  Thabaqah X: Sahabat-sahabat yang berhijrah ke Madinah sesudah perjanjian Hudaibiah dan sebelum penaklukan Mekkah, seperti: Khalid bin Walid dan Amr bin Ash.
11)  Thabaqah XI: Sahabat-sahabat yang masuk Islam di masa penaklukan Mekah, seperti: Abu Sufyan, Hakim bin Hizam, dan Athab bin ‘Asd.
12)  Thabaqah XII: Anak-anak yang melihat Nabi SAW pada hari penaklukan Mekah, pada hari Haji Wada’, seperti : Sa’ad bin Yazid dan Abdullah bin Tsa’labah.

2.      Thabaqah yang Kedua : Thabaqah Kibar Tabi'in
Seperti Sa'id bin al-Musayyib, dan begitu pula para Mukhodhrom Yaitu: Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, Masruq bin al-Ajda’, Abul ‘Aliyah, Syuraih bin al-Harits al-Qodhi, al-Ahnaf bin Qois, Muhammad bin al-Hanafiyyah (yakni Muhammad bin ‘Ali bin Abi Tholib), Abu Idris al-Khoulani, ‘Atho’ bin Yasar (bekas budak Maimunah), Shilah bin Zufar, dll.

3.      Thabaqah yang Ketiga : Thabaqah Pertengahan dari Tabi'in
Seperti : ‘Atho’ bin Abi Robah, Muhammad bin Sirin, Sa’id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, Sulaiman bin Yasar, Thowus bin Kaisan, ‘Amir asy-Sya’bi, ‘Urwah bin Zubair, ‘Ikrimah, ‘Ali bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib (dikenal juga dengan Zainul Abidin), Mujahid, Nafi’ (bekas budak Ibnu ‘Umar), Abu Qilabah al-Jarmi, Wahb bin Munabbih, Salim bin Abdillah bin ‘Umar bin al-Khoththob, Hafshoh bintu Sirin, dll.
4.      Thabaqah yang Keempat : Tabi'in Kecil
Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi'in (thabaqah ke-2). Rawi yang dalam thabaqah ini contohnya adalah Maimun bin Mihron, Sulaiman bin Thorkhon At-Taimi, Qotadah bin Di’amah, Ibnu Syihab Az-Zuhri, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz (Sang Amirul Mu’minin), Amr bin Dinar, dll.
5.      Thabaqah yang Kelima : Thabaqah yang Paling Kecil dari Tabi'in
Mereka adalah yang lebih kecil dari yang thabaqah-thabaqah tabi'in yang sebelumnya. Mereka termasuk tabi'in yang melihat seorang atau beberapa orang Shahabat. Contoh thobaqot ini adalah Musa bin ‘Uqbah, Ibrohim An-Nakho’i, Ayyub As-Sikhtiyani, Hisyam bin Urwah, Yahya bin Sa’id Al-Anshori, Yahya bin Abi Katsir At-Tho’i, Sulaiman bin Mihron al-A’masy, Mak-hul asy-Syami, Yunus bin ‘Ubaid, dll.
6.      Thabaqah yang Keenam : Thabaqah yang Sezaman dengan Thabaqah ke-5
Akan tetapi tidak tetap khabar bahwa mereka pernah bertemu seorang Sahabat seperti An-Nu’man bin Tsabit Abu Hanifah (al-Imam), Ja’far ash-Shodiq, Abdul Malik bin Juraij, Ibnu ‘Aun, dll
7.      Thabaqah yang Ketujuh : Thabaqah Kibar Tabi'ut Tabi'in
Seperti Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas (Imam Darul Hijroh, penulis al-Muwaththo’), al-Laits bin Sa’ad, Abdurrohman bin ‘Amr al-Auza’i, Syu’bah bin al-Hajjaj, Ma’mar bin Rosyid, dll.
8.      Thabaqah yang Kedelapan : Thabaqah Tabi'ut Tabi'in Pertengahan
Seperti Ibnu ‘Ulaiyyah, Abdullah bin al-Mubarok, Sufyan bin ‘Uyainah, Fudhail bin ‘Iyadh, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, dll.
9.      Thabaqah yang Kesembilan : Thabaqah yang Paling Kecil dari Tabi'ut Tabi'in
Seperti Yazid bin Harun, asy-Syafi'i, Abu Dawud ath-Thoyalisi, dan Abdurrozzaq, Abdurrahman bin Mahdi, Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (al-Imam), Waki’ bin al-Jarroh, Abdurrozzaq ash-Shon’ani (Penulis Mushonnaf Abdirrozzaq), Sulaiman bin Harb, Yahya bin Sa’id al-Qoththon, Abu Dawud ath-Thoyalisi (Penulis Musnad ath-Thoyalisi), Yazid bin Harun, dll.
10.  Thabaqah yang Kesepuluh : Thabaqah Tertinggi yang Mengambil Hadits dari Tabi'ut Taabi'in yang Mereka Tidak Bertemu dengan Tabi'in
Seperti Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Imam Ahlis Sunnah wal Jama’ah), Yahya bin Ma’in, Ishaq bin Rohawaih, Ibnu Abi Syaibah, Musaddad bin Musarhad, Sa’id bin Manshur, Ali bin al-Madini, dll.
11.  Thabaqah yang Kesebelas : Thabaqah Pertengahan dari Rawi yang Mengambil Hadits dari Tabi'ut Tabi'in
Seperti adz-Dzuhli dan al-Bukhori, Muhammad bin Isma’il al-Bukhori (Penulis Shohih al-Bukhori), Abu Hatim ar-Rozi, Abu Zur’ah ar-Rozi, Abu Dawud as-Sijistani (penulis Sunan Abi Dawud), Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi (Penulis Sunan ad-Darimi), Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ (Ibnu Sa’ad, Penulis ath-Thobaqot al-Kubro), dll.
12.  Thabaqah yang Keduabelas : Thabaqah yang Rendah dari Rawi yang Mengambil Hadits dari Tabi'ut Tabi'in
Seperti at-Tirmidzi dan para imam yang enam lainnya yang tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi'ut tabi'in, seperti sebagian para syaikh-nya an-Nasa'i. Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi (Penulis Jami’ at-Tirmidzi), Ibnu Abid Dunya al-Baghdadi, Abdullah bin Ahmad (anak al-Imam Ahmad bin Hanbal).
Jika dari thabaqah ke-1 dan ke-2 : mereka wafat sebelum tahun 100 H. Jika dari thabaqah ke-3 sampai ke-8 : mereka wafat setelah tahun 100 H. Jika dari thabaqah ke-9 sampai akhir thabaqah : maka mereka wafat setelah tahun 200 H.
Adapun ulama yang membagi thabaqat shabat kepada lima thabaqat:
  1. Ahli Badar
  2. Mereka yang masuk islam lebih dahulu, berhijrah ke Habsyi dan menyaksikan pertemuan-pertemuan sesudahnya.
  3. Mereka yang ikut perang Khandaq
  4. Wanita-wanita yang masuk islam, setelah Mekkah terkalahkan dan sesudahnya.
  5. Anak-anak Sahabat yang Banyak Meriwayatkan Hadis
Sahabat-sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, (lebih dari 1000 buah)ialah:
  1. Abu Hurairah r.a  beliau meriwayatkan hadits sebanayk 5374. Diantara 325 buah hadits disepakati oleh al-Bukhary-Muslim, 93 buah diriwayatkan oleh al-Bukhary sendiri dan 93 buah diriwayatkan oleh muslim sendiri.
  2. Abdullah bin ‘Umar r.a hadis yang diriwayatkan beliau sebnayak 2630 buah, diantar  jumlah tersebut yang muttafaq ‘alaih, sebanayak 170 buah, yang infrada bihi al-Bukhari sebanyak 80 buah dan infrada bihi Muslim sebanyak 31 buah.
  3. Anas bin Malik r.a hadits yang diriwayatkan sebnayak 2286 buah. diantar  jumlah tersebut yang muttafaq ‘alaih sebanyak 168 buah, 8 infrada bihi al-Bukhari dan 70 buah infrada bihi muslim
  4. Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2210 buah dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih 174 , 64 buah infarada buah al-Bukhari sebnayak 28 buah dan infarada bihi Muslim.
  5. Abdullah ibn Abas r.a beliau meriwayatkan hadits sebnyak 1660 buah, dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 95 buah, yang infarada bihi al-Bukhari sebanyak 28 buah dan yang infarada bihi Muslim sebanyak 49 buah.
  6. Jabir bin Abdullah r.a beliau meriwayatkan hadits sebanyak 1540 buah dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 60 buah yang infarada bihi al-Bukhari sebanyak 16 buah dan yang infarada muslim sebanyak 126 buah.
  7. Abu Sa’id al-Khudry  r.a  beliau meriwayatkan hadits sebanyak 1170 dari jumlah tersebut yang muttafaq alaih sebanyak 46 buah yang infarada bihi al bukhari sebanyak 16 buah dan infarada bihi Muslim sebanyak 52 buah.
Mengenai thabaqat sahabat, selain dari dua belas pembagian yang telah tersebut sebelumnya, thabaqat ini juga bisa dibagi kedalam tiga bagian apabila memandang dari segi sering berkumpulnya mereka dengan Nabi saw. dan banyaknya mereka meriwayatkan hadits dari beliau saw., yaitu:
1.      Kibarush Shahabat artinya sahabat-sahabat yang besar, yaitu sahabat-sahabat yang banyak berkumpul dengan Nabi saw. dan banyak meriwayatkan hadits dari beliau saw., seperti: Hanzalah bin Abi Amir al-Anshari, Abu Aiyub, Ubai bin Ka’ab, dan lainnya.
2.      Ausatush Shahabat, artinya sahabat-sahabat yang pertengahan, yaitu mereka yang tidak begitu sering berkumpul dengan Nabi saw. dan tidak banyak meriwayatkan hadits dari beliau saw.
3.      Shigarush Shahabat artinya sahabat-sahabat yang kecil, yaitu mereka yang sedikit sekali berkumpul dengan Nabi saw. dan sedikit meriwayatkan hadits dari beliau saw., seperti: Abdullah bin Hanzalah, Anas bin Malik, As-Saib bin Yazid, Shafiyah binti Syaibah, dan lainnya .

Diantara faedah mengetahui thabaqah ini adalah menghindarkan kesamaan antar dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Diantara kitab-kitab thabaqah yang terkenal adalah Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa’ad, Thabaqoh Al-Qurra karya Abu Amr Ad-Dani, Thabaqoh As-Syafi’iyyah Al-Kubra karya Abdul Wahab As-Subhi, dan lain sebagainya.



BAB III

KESIMPULAN


Thabaqah secara bahasa berarti hal-hal, martabat-martabat, atau derajat-derajat.
Ilmu thabaqah itu termasuk bagian dari ilmu rijalul hadits, karena objek yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu hadits. Hanya saja masalahnya berbeda. Kalau di dalam ilmu rijalul hadits para rawi dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima dan memberikan hadits dan lain sebagainya. Maka dalam ilmu thabaqah, menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai dengan alat pengikatnya.
Pembagian thabaqah diantaranya adalah sahabat, thabaqah kibar tabi'in, thabaqah pertengahan dari tabi'in, tabi'in kecil, thabaqah yang paling kecil dari tabi'in, thabaqah yang sezaman dengan thabaqah ke-5, thabaqah kibar tabi'ut tabi'in, thabaqah tabi'ut tabi'in pertengahan, thabaqah yang paling kecil dari tabi'ut tabi'in, thabaqah tertinggi yang mengambil hadits dari tabi'ut tabi'in yang mereka tidak bertemu dengan tabi'in, thabaqah pertengahan dari rawi yang mengambil hadits dari tabi'ut tabi'in, thabaqat yang rendah dari rawi yang mengambil hadits dari tabi'ut tabi'in.
Diantara faedah mengetahui thabaqah ini adalah menghindarkan kesamaan antar dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Diantara kitab-kitab thabaqah yang terkenal adalah Ath-Thabaqat Al-Kubra karya Ibnu Sa’ad, Thabaqoh Al-Qurra karya Abu Amr Ad-Dani, Thabaqoh As-Syafi’iyyah Al-Kubra karya Abdul Wahab As-Subhi, dan lain sebagainya.











DAFTAR PUSTAKA


Amin, Muhammadiyah. 2008. Ilmu Hadits. Gorontalo : Sultan Amai Press
Ash-Shiddieqy, TM Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang : Pustaka Rizki Putra
Khon, Abdul Majid. 2010. Ulumul Hadits. Jakarta : Amzah
Manna, Al Qaththan. 2006. Pengantar Studi Hadits. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar
Sholahudin, Muhammad Agus. 2008. Ulumul Hadits. Bandung : Pustaka Setia
Abd. Majid Khon, Ulumul Hadits, Amzah, Jakarta, 2010, h. 109
Al Qaththan, Manna, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2006, h. 122
Abd. Majid Khon, op.cit., h.109
M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Pustaka Setia, Bandung, 2008, h. 177
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadits, Sultan Amai Press, Gorontalo, 2008, h. 228
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2009, h. 211-212
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, op. cit., h.217-219
Abd. Majid Khon, op. cit., h. 110 Mahmud ath-Thahan, Taysir Mushthalah al-hadits, hlm. 164
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang.1974
Abdul majid khon, ulumul hadis, hlm. 111
Fatchur rahman, mushthalahu’l hadits, hlm. 245-246
Abdul majid khon, ulumul hadis, hlm. 109
Mahmud ath-Thahan, Taysir Mushthalah al-hadits, hlm.
Fatchur rahman, mushthalahu’l hadits,h.301
https://wisatatamyiz.wordpress.com/2011/12/08/sahabat-dan-thabaqat-sahabat/

No comments:

Post a Comment